Senin, 10 November 2014

Air Terjun Haratai, Loksado, Kalimantan Selatan



Minggu adalah hari identik dengan family day, tapi tidak bagi kami pekerja tambang, hari minggu tetap bekerja (maklum buruh *abaikan). Untuk memompa semangat kerja kami (karna biasanya kalau minggu lazy time di kantor :P) kami berencana mengunjungi salah satu objek wisata alam air terjun Haratai yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tepatnya di kabupaten Kandangan. Kalau travelers berkunjung ke Kalimantan Selatan dan bertanya dimana Loksado, pasti semua orang tau karena Loksado adalah kawasan wisata populer di sini.

Perjalanan kami mulai dari kantor menggunakan mobil, waktu tempuh dari Rantau ke Lokasado kurang lebih 2 jam. Jalan menuju Loksado bisa dikatakan sangat mulus dan berkelok-kelok, disamping itu juga ada beberapa titik jalan yang longsor, oleh karena itu para pengunjung arus hati-hati, meskipun jalannya sepi namun kendaraan roda dua lajunya kencang sehingga harus tetap waspada. Selama perjalanan kita akan disuguhi hamparan pegunungan Meratus yang sangat indah, bukit-bukit yang tinggi akan kita lewati selama perjalanan menuju Loksado.

Sampai di tempat yang di tuju, kita harus parkir mobil di depan pintu masuk/pos jaga karena lokasi air terjun yang ada di dalam hutan membuat kami harus berganti kendaraan roda dua yang telah disediakan warga setempat. Biaya sewa untuk satu sepeda motor Rp.80.000,-, jika anda malas kita juga bisa menyewa ojek PP Rp.70.000,-/orang. Saran saya lebih baik menyewa sepeda motor, karena lagi-lagi lebih hemat dan bisa lebih leluasa.

Jalan menuju air terjun Haratai

Jarak dari pos jaga menuju air terjun kurang lebih 8 km, kondisi jalan yang dilewati sangat sempit namun sudah dicor sehingga kita harus tetap hati-hati apabila papasan dengan kendaraan lain. Selama perjalanan kita juga akan melewati 4-5 jembatan gantung yang beberapa kondisinya lantai kayunya sudah lapuk dan berlubang, tapi bagi saya tetep eksotis itu jembatan (Lebay dikit :P).

Jembatan Gantung Eksotis

Dijalan kita akan menemukan perkampungan yang dihuni oleh Suku Dayak Meratus, rumah-rumah adat dayak untuk upacara aruh juga akan kita temukan disini. Rata-rata penduduk sekitar Loksado berkebun kayu manis, jadi jangan heran kalau dibahu jalan banyak berjejer kayu manis yang dikeringkan. Dan menurut saya, kondisi di sini masih sangat asri dan alami.
 
Salah satu pemandangan alam yang indah di Haratai 
Setelah naik turun gunung sampailah kami di air terjun Haratai, kami parkir sepeda motor kemudian berjalan kaki melewati jembatan gantung dan menuju pintu masuk wisata. Harga tiket masuk ke sini sangat murah, cukup dengan membayar Rp.3000,- saja kita sudah bisa menikmati air terjun yang masih alami.
Gerbang Masuk Air Terjun Haratai
Jembatan menuju air terjun
Sebelum kami bermain air, kami ganti baju terlebih dahulu di wc umum yang telah disediakan.


Kondisi kamar mandi
Setelah selesai kami langsung menuju air terjun, dan terpampang nyatalah air terjun dengan ketinggian kurang lebih 5-6 meter didepan kami dengan airnya yang sangat jernih dan alami. Batu-batu besar mengelilingi sekitaran air terjun, jadi kita bisa berpose bak putri duyung,hehehe *abaikan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, kami sudah tidak sabar untuk mencelupkan diri ke dalam air, menghilangkan penat dan lelahnya perjalanan. Airnya sangat dingin dan segar, ciri khas air pegununga. Rekan-rekan saya pun mulai berenang kesana-kemari, tapi saya cukup dipinggiran saja, soalnya saya sadar diri belum memiliki kemampuan renang yang baik (pembelaan,hahaha), semakin ketengah air semakin dalam. Jadi bagi pengunjung yang belum bisa renang jangan sekali-sekali mencoba mendekati air terjun. Mitosnya setahun sekali tempat ini meminta tumbal, hehehe..(ini mitos lho yaa just mitoss). 

Sejam di dalam air teman-teman saya sudah tidak kuat, wajah-wajah mereka sudah biru keungu-unguan karna kedinginan. Kami pun berganti pakaian kembali ke pos jaga, disana ada warga yang menawarkan gelang anyaman bambu, jangan mencoba memakai kalau tidak ada niat membeli, karena kalau gelang sudah masuk di tangan tidak bisa dikeluarkan lagi. Harga satu gelang Rp.20.000,-.

Berakhirlah perjalanan kami di Loksado, next time kalau musim hujan dan debit air sungai sudah tinggi jangan lupa mencoba bambu rafting yang terkenal di Loksado. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya. Bhayyyy...

 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar